Sabtu, 08 Juni 2013

TULISAN 2 (TUGAS 3)

HUBUNGAN INTERPERSONAL


MODEL-MODEL HUBUNGAN INTERPERSONAL

Menurut model ini, hubungan antar pribadi yang tidak memuaskan merupakan sumber utama penyebab tingkah laku maladaptif. Menurut teori pertukaran social  (‘social exchange’, Thibaut dan Kelley, 1959), misalnya, manusia saling menjalin hubungan dengan tujuan memuaskan kebutuhan masing-masing.Setiap orang mengharapkan sesuatu dari hubungannyadengan orang lain, sehingga hubungan antar pribadi tersebut pada dasarnya tidak berbeda dengan hubungan jual beli. Bila dalam hubungan tersebut salah satu pihak merasa bahwa keuntungan yang diterimanya tidak sepadan dengan pengorbanan yang telah diberikannya, maka ia akan merasa rugi dan menderita. Kalau ia memiliki cukup kebebasan, mungkin ia akan memutuskan hubungan tersebut. Sebaliknya, kalau ia tidak dapat keluar dari situasi hubungan tidak adil yang menimbulkan penderitaan itu, setelah melewati batas kemampuan tertentu, mungkin ia akan ambruk terjerembab ke dalam psikopatologi.
Maka, menurut model interpersonal, tujuan psikoterapi adalah menolong individu keluar dari hubungan yang bersifat patogenik atau menimbulkan masalah, dan mengembangkan hubungan-hubungan baru yang lebih memuaskan.


CARA MEMULAI HUBUNGAN

Karya Asch Berkembang dalam penelitian tentang Conformity (Persesuaian) dan dalam pembentukan kesan. Disini Asch menguraikan bagaimana orang mengambil makna dari informasi yang di terima. Pengaruh Psikologi Gestalt pada Asch menghasilkan dua pendapat antara lain: pertama bahwa unsur-unsur informasi yang masuk dapat berubah oleh keterkaitannya, sehingga setiap unsure bisa tampil berbeda bila berada dalam struktur yang berbeda pula. Kedua, pengenalan kembali kesadaran dan pertimbangan pada orang lain membuat jenis tanggapan kita atasnya berbeda sekali dibandingkan dengan tanggapan kita terhadap kesatuan-kesatuan lain. Karena itu dalam bukunya Social Psychology, Asch mengatakan bahwa psikology social tidak dapat dikembalikan pada psikology individu.  Tahun 1938 Asch, Block dan Hertzman melakukan berbagai studi mengenai penilaian tentang orang-orang yang tampak dlam foto, ahli-ahli politik, kelompok-kelompok profesi, serta semboyan-semboyan politik. Hasil penemuan ketiga ahli tersebut adalah orang terpengaruh dengan laporan-laporan mengenai pendapat-pendapat “sejumlah besar orang”, atau pendapat-pendapat “para psikolog terkemuka senegeri”. Mereka juga menarik kesimpulan bahwa bila subyek memiliki pengetahuan objektif mengenai keadaan, akan menghasilkan sikap yang lebih mantap dan lebih bersifat melawan perubahan. Dalam penelitian selanjutnya, mereka menemukan bahwa pengaruh social sering sangat kuat mempengaruhi keputusan individu seseorang. Orang bisa terpengaruh dan mengikuti pendapat atau pandangan baik politik maupun prinsip hidup orang yang jelas-jelas salah.
Asch juga membuat penelitian mengenai impression formation (pembentukan kesan). Pada tahun 1946, Asch melaporkan sepuluh percobaan mengenai hal ini. Dari kesepuluh percobaan itu, Asch menarik kesimpulan bahwa perubahan-perubahan yang dihasilkan dalam kesan-kesan menurut pengaruh urutan dan dengan penggantian sebuah kata saja dalam daftar, hanya dapat ditafsirkan menurut istilah-istilah Gestalt. Selain itu Asch juga tertarik untuk meneliti pelukisan sifat-sifat pribadi dalam bentuk metafora yang ada dalam berbagai bahasa. Terakhir, Asch bersama Zukier meneliti informasi cirri kepribadian yang berlawanan pada tahun 1984.
Secara umum dapat kita simpulkan bahwa cirri tulisan dan penelitian Asch adalah mengkombinasikan kebiasaan berfikir tradisional Gestalt dengan pendekatan eksperimental para psikolog Amerika Serikat zamannya. Dan Asch telah member kontribusi penting dalam 4 bidang: martabat suatu saran (prestige suggestion), konformitas (conformity), dan persahabatan (association).



INTIMASI DAN HUBUNGAN PRIBADI

a. Menyukai (Liking)
Dua individu yang berbeda jenis kelamin sama-sama merasa terdorong untuk saling memperhatikan satu sama lain. Hubungan mereka sangat akrab, yaitu ditandai keinginan mengungkapkan pengalaman, perasaan ataupun pemikirannya. Namun keduanya tidak memiliki hasrat untuk melakukan hubungan seksual dan tidak ada ikatan untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan. Hal ini lebih tepat diterapkan pada hubungan persahabatan (pertemanan)

b. Infatuasi (Infatuation)
Terjadinya dua individu yang berbeda jenis kelamin yang hanya didasari unsure nafsu biologis (Passion) semata. Dalam hubungan tersebut, tidak ada unsur keakraban (intimasi) ataupun komitmen untuk mempertahankan hubungannya. Setelah kebutuhan biologis (seksual)nya terpenuhi, mereka tidak ada lagi hubungan pribadi. Hubungan ini ditemukan pada individu yang menyalurkan kebutuhan seksualnya di tempat pelacuran, diskotek, atau mereka yang melakukan pemerkosaan.

c. Cinta yang kosong (Empty Love)
Jenis cinta ini hanya didasarkan pada unsure komitmen, tetapi tidak ada unsure nafsu biologis (passion) ataupun intimasi. Masing-masing individu bertekad untuk mempertahankan hubungan tersebut, tetapi keduanya tidak ada kemauan untuk melakukan hubungan seksual ataupun menjalin komunikasi secara hangat, mesra dan akrab. Jenis cinta ini dapat ditemukan pada mereka yang melakukan hubungan cinta, tetapi dibatasi jarak yang sangat jauh. Misalnya, dua orang mahasiswa yang  bercinta, tetapi tinggal di wilayah, daerah atau negara yang berbeda.

d. Cinta Romantis (Romantic Love)
Adalah dua individu yang berbeda jenis kelamin  yang menjalin hubungan cinta didasarkan atas unsur keakraban (intimasi) dan nafsu seksual, tetapi tidak ada niat untuk meneruskan ke jenjang pernikahan. Keduanya tampak akrab dan kadang dalam keakraban tersebut disertai dengan perilaku seksual (pegangan tangan, pelukan, ciuman, bahkan hubungan seksual). Hubungan cinta romantic tampak pada kisah cerita film “Romeo and Julliet” karya Shakespeare. Atau bisa jadi pada hubungan cinta dua remaja, yang kemudian si gadis hamil, tetapi remaja prianya, melarikan diri dan tidak mau bertanggung jawab.

e. Cinta Persahabatan (Companionate Love)
Hubungan antara dua individu berbeda jenis kelamin yang hanya didasarkan atas unsure intimasi saja, tetapi tidak disertai dengan keinginan menyalurkan hubungan seksual ataupun untuk meningkatkan ke jenjang pernikahan. Hubungan ini terjadi pada merekan yang telah menikah, kemudian salah seorang diantaranya menjalin relasi dengan individu lain. Misalnya, Rudy (28 tahun), telah menikah dengan Sandra (27) dan mempunyai satu orang anak. Sebelum menikah semasa duduk di SMU, Sandra telah berpacaran dengan Tony (teman SMU), tetapi karena berbeda tempat kuliahnya, kemudian hubungan itu putus. Sementara itu, Tony pun sudah menikah dengan Jeny, teman kuliahnya. Namun, antara Tony dan Sandra, masih berhasrat meneruskan hubungan kekasih (cinta persahabatan).

f. Cinta Fateus (Fateus Love)
Hubungan percintaan dari dua individu yang berbeda jenis kelamin, yang didasari unsur passion dan komitmen, tetapi tidak ada unsur intimasi. Dalam melakukan relasi tersebut, individu dapat melakukan perilaku seksual dan keduanya terdorong mempertahankan ikatan itu. Hal ini kemungkinan agar keduanya leluasa dapat menyalurkan kebutuhan seksual. Namun, diantara kedua individu itu tidak menampakkan hubungan yang hangat, akrab dan cenderung tidak mau member perhatian serius. Hubungan antar individu tersebut dapat terjadi pada individu-individu yang belum menikah ataupun yang sudah menikah. Mereka yang menikah, karena dijodohkan kedua orang tua, bisa jadi memiliki jenis cinta ini.

g. Cinta Sejati
Jenis cinta ini (Consumate love) dapat terjadi jika ada ketiga unsure, yaitu hawa nafsu biologis (passion), intimasi dan komitmen. Dua individu yang sama-sama memiliki ketiga unsur ini umumnya dapat mempertahankan hubungan percintaan sampai langgeng. Mereka tidak akan mudah menyerah atau putus asa ketika harus menghadapi berbagai penderitaan, cobaan ataupun rintangan. Dengan adanya penderitaan itu, justru makin memperkuat tekadnya untuk membuktikan rasa cinta kepada pasangan hidupnya. Jadi, suka duka dan derita-bahagia diarungi bersama. Masing-masing saling menunjukkan perilaku cinta (love behavior), artinya masing-masing individu berupaya untuk berbuat sesuatu untuk menyenangkan, menggembirakan atau membahagiakan pasangan hidupnya. Ketika salah seorang dalam keadaan sakit, menderita atau mengalami kemalangan, yang satunya berusaha menghibur dan menguatkan hatinya agar tabah menjalani kehidupan. Jenis cinta ini didasari nilai-nilai kejujuran, ketulusan, kesetiaan, kebersamaan, keharmonisan, tanggung jawab, kepercayaan dan saling pengertian.

Menurut Sternberg, yang paling dapat dipertahankan secara langgeng-abadi ialah jenis cinta sejati (Consumate love). Memudarnya salah satu nilai-nilai cinta tersebut akan mempengaruhi keutuhan hubungan suami-istri, keutuhan keluarga bahkan dapat berakhir dengan perceraian.


  
Sumber:
Supratiknya, A. 1999. Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta: Kanisius.
Naisaban, Ladislaus. 2004. Para Psikolog Terkemuka Dunia: Riwayat  Hidup, Pokok Pikiran, dan Karya. Jakarta: Grasindo. 
Dariyo, Agoes. 2008. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: Grasindo.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar