Minggu, 24 Maret 2013

TULISAN 3

TEORI KEPRIBADIAN SEHAT



ALIRAN HUMANISTIK

Berikut adalah tujuh kriteria dari Allport tentang sifat-sifat khusus kepribadian yang sehat.

1. Perluasan Perasaan diri

Ketika orang menjadi matang, ia mengembangkan perhatian-perhatian di luar diri. Tidak cukup sekadar berinteraksi dengan sesuatu atau seseorang di luar diri. Lebih dari itu, ia harus memiliiki partisipasi yang langsung dan penuh, yang oleh Allport disebut "partisipasi otentik".

Orang yang semakin terlibat sepenuhnya dengan berbagai aktifitas, orang atau ide, ia lebih sehat secara psikologis. Hal ini berlaku bukan hanya untuk pekerjaan, melainkan juga hubungan dengan keluarga dan teman, kegemaran, agama dan sebagainya.


2. Relasi Sosial yang Hangat

Orang yang sehat secara psikologis mampu mengembangkan relasi intim dengan orang tua, anak, pasangan, dan sahabat. Ini merupakan hasil dari perasaan perluasan diri dan perasaan identitas diri yang berkembang dengan baik.

Ada perbedaan hubungan cinta antara orang yang neurotis (tidak matang) dan yang berkepribadian sehat (matang). Orang-orang neurotis harus menerima cinta lebih banyak daripada yang mampu diberikannya kepada orang lain. Bila mereka memberikan cinta, itu diberikan dengan syarat-syarat. Padahal cinta dari orang yang sehat adalah tanpa syarat, tidak melumpuhkan atau mengikat.

Jenis kehangatan yang lain, yaitu perasahaan terharu, merupakan hasil pemahaman terhadap kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan semua bangsa. Orang sehat memiliki kapasitas untuk memahami kesakitan, penderitaan, ketakutan dan kegagaln yang merupakan ciri kehidupan manusia.

Hasil dari empati semacam ini adalah kesabaran terhadap tingkah laku orang lain dan tidak cenderung mengadili atau menghukum. Orang sehat dapat menerima kelemahan manusia, dan mengetahui dirinya juga memiliki kelemahan. Sebaliknya, orang neurotis tidak mampu bersabar dan memahami sifat universal pengalaman-pengalaman dasar manusia.


3. Keamanan Emosional

Kualitas utama manusia sehat adalah penerimaan diri. Mereka menerima semua segi keberadaan mereka, termasuk kelemahan-kelemahan, dengan tidak menyerah secara pasif terhadap kelemahan tersebut.

Selain itu, kepribadian yang sehat tidak tertawan oleh emosi-emosi mereka, dan tidak berusaha bersembnyi dari emosi-emosi itu. Mereka dapat mengendalikan emosi, sehingga tidak mengganggu hubungan antarpribadi. 

Kualitas lain dari kepribadian adalah sabar terhadap kekecewaan. Hal ini menunjukkan bagaimana seseorang bereaksi terhadap tekanan dan hambatan atas berbagai keinginan. Mereka mampu memikirkan cara yang berbeda untuk mencapai tujuan yang sama.

Orang-orang yang sehat tidak bebas dari perasaan tak aman dan ketakutan. Namun, mereka tidak terlalu merasa terancam dan dapat menanggulangi perasaan tersebut secara lebih baik daripada kaum neurotis.


4. Persepsi Realistis

Orang-orang sehat memandang dunia secara objektif. Sebaliknya, orang-orang neurotis kerapkali memahami realitas disesuaikan dengan keinginan, kebutuhan dan ketakutan mereka sendiri. Orang sehat tidak meyakini bahwa orang lain atau situasi yang dihadapi itu jahat atau baik menurut prasangka pribadi. Mereka memahami realitas sebagaimana adanya.


5. Keterampilan dan Tugas

Komitmen pada orang sehat begitu kuat, sehingga sanggup menenggelamkan semua pertahanan ego. Dedikasi terhadap pekerjaan berhubungan dengan rasa tanggung jawab dan kelangsungan hidup yang positif.


6. Pemahaman Diri

Hal yang dipikirkan oleh seseorang tentang dirinya, bila semakin dekat dengan yang dipikirkan orang-orang lain tentang dirinya, berarti ia semakin matang. Orang yang sehat terbuka pada pendapat orang lain dalam merumuskan gambaran diri yang objektif.

Orang yang memiliki objektifitas terhadap diri tak mungkin memproyeksikan kualitas pribadinya kepada orang lain. Ia dapat menilai orang lain dengan seksama, dan biasanya ia diterima dengan baik oleh orang lain.


7. Filsafat Hidup

Orang yang sehat melihat ke depan, didorong oleh tujuan dan rencana jangka panjang. Ia memiliki perasaan akan tujuan, perasaan akan tugas untuk bekerja sampai tuntas sebagai batu sendi kehidupannya.



ALIRAN PSIKOANALISA

Kepribadian sehat menurut Freud dalam aliran psikoanalisa :


1. Jika individu mengikuti pola perkembangan yang ilmiah.


2. Hasil dalam belajar dalam mengatasi kecemasan dan tekanan.


3. Kesehatan mental yang baik adalah hasil dari keseimbangan antara kinerja super ego terhadap id dan ego.


4. Pada alam pikiran tidak sadar dan kreativitas sebagai kompensasi untuk masa kanak-kanak yang traumatis.


5. Individu bersifat egois, tidak bermoral, dan tidak mau tahu kenyataan.


6. Manusia sebagai homo valens dengan berbagai dorongan dan keinginan.


7. Motif-motif dan konflik tak sadar adalah sentral dalam tingkah laku sekarang.


8. Manusia di dorong oleh dorongan seksual agresif.


9. Perkembangan dini penting karena masalah-masalah kepribadian berakar pada konflik-konflik masa kanak-kanak yang depresi.




ALIRAN BEHAVIOURISTIK


Behaviourisme dan psikoanalisis memberikan pandangan-pandangan terbatas tentang kodrat manusia, mengabaikan puncak-puncak yang akan didaki oleh orang-orang yang memiliki potensi. Tuduhan dari pengeritik adalah bahwa behaviourisme memperlakukan manusia sebagai suatu mesin (suatu sistem kompleks yang bertingkah laku menurut cara-cara yang sesuai dengan hukum).

Baik behaviourisme maupun psikoanalisis tidak berbicara mengenai potensi kita untuk bertumbuh, keinginan kita untuk menjadi lebih baik atau lebih banyak dari yang ada. Tentu saja, segi-segi pandangan ini memberikan suatu gambaran yang pesimistis tentang kodrat manusia. Kita dilihat oleh para behaviouris sebagai orang-orang yang memberikan respon secara pasif terhadap stimulus-stimulus dari luar.







Sumber :

Widyarini, Nilam. 2009. Seri Psikologi Populer: Kunci Pengembangan Diri. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Schultz, Duane. 2008. Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.

TULISAN 2

PENYESUAIAN DIRI DAN PERTUMBUHAN


Dari segi pandangan Psikologi, penyesuain diri memiliki banyak arti, seperti pemuas kebutuhan, keterampilan dalam menangani frustrasi dan konflik, ketenangan pikiran/jiwa, atau bahkan pembentukan simtom-simtom. Itu berarti belajar bagaimana bergaul dengan baik dengan orang lain dan bagaimana menghadapi tuntutan-tuntutan pekerjaan. Tyson menyebut hal-hal seperti kemampuan untuk beradaptasi, kemampuan berafeksi, kehidupan yang seimbang, kemampuan untuk mengambil keuntungan dari pengalaman, toleransi terhadap frustrasi, humor, sikap yang tidak ekstrem, objektivitas, dan lain-lain. Kita akan menemukan kualitas-kualitas lain ketika kita membicarakan kriteria mengenai penyesuaian diri dan kesehatan mental. Jelas, banyaknya sifat dari proses penyesuaian diri ini menimbulkan kesulitan untuk merumuskan suatu definisi yang singkat. Kita juga menhadapi kesulitan karena penyesuaian diri itu sendiri tidak bisa dikatakan baik atau buruk. Hanya dapat dikatakan bahwa penyesuain diri adalah cara individual atau khusus organisme dalam bereaksi terhadap tuntutan-tuntutan dari dalam atau situasi-situasi dari luar. Untuk beberapa orang mungkin reaksi ini bisa efisien, sehat, atau memuaskan, sementara untuk orang lain reaksi ini melumpuhkan, tidak efektif atau bahkan patologik.

Karena penyesuaian diri itu sendiri tidak bisa dikatakan baik atau buruk, maka kita dapat mendefinisikannya dengan sangat sederhana, yaitu suatu proses yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku yang menyebabkan individu berusaha menanggulangi kebutuhan-kebutuhan, tegangan-tegangan, frustrasi-frustrasi, dan konflik-konflik batin serta menyelaraskan tuntutan-tuntutan batin ini dengan tuntutan-tuntutan yang dikenakan kepadanya oleh dunia dimana ia hidup. Dalam arti ini, kebanyakan respon cocok dengan konsep penyesuain diri.

Penyesuaian diri yang baik memerlukan sikap yang sehat dan realistik yang menyanggupi seseorang untuk menerima kenyataan sebagaimana adanya bukan sebagaimana diharapkan atau diinginkan. Kriteria ini dipakai pada segi-segi kenyataan dalam waktu dan ruang. Ada orang yang hidup dalam dunia mimpi tentang peristiwa masa-masa lampau yang sangat menghargai kenangan-kenangan pada masa kanak-kanak, dan baginya masa sekarang adalah suatu kenyataan yang jelek, dan masa yang akan datang merupakan sesuatu yang menakutkan. Orang lain dengan mekanisme amnesia menghilangkan masa lampau, dan ada juga yang lain tidak menghargai masa depan. Adolph Meyer berpendapat bahwa kapasitas untuk menggunakan masa lampau dan bukan semata-mata menderita karenanya adalah perlu untuk penyesuaian diri, bahwa pemahaman harus dipakai untuk menangani kenyataan sekarang, dan kesempatan yang kreatif dapat direalisasikan dengan tinjauan yang sehat ke masa depan. Sikap yang sehat terhadap masa lampau, masa sekarang, dan masa depan sangat penting untuk penyesuaian diri yang sehat.

Tujuan Mekanisme Penyesuain Diri

a. Menghadapi tuntutan keadaan secara sadar.
b. Menghadapi tuntutan keadaan secara realistik.
c. Menghadapi tuntutan keadaan secara objektif.
d. Menghadapi tuntutan keadaan secara rasional.

Cara yang ditempuh dapat bersifat terbuka maupun tertutup, antara lain :
a. Menghadapi tuntutan secara frontal (terang-terangan).
b. Regresi (menarik diri) atau tidak mau tahu sama sekali.
c. Kompromi (kesepakatan).

Contoh :
Seorang siswa gagal dalam Ujian Nasional, mungkin ia akan bekerja keras (terang-terangan), atau keluar dari pendidikan (regresi), serta mungkin mau mengulang lagi dengan berusaha semampunya (kompromi).




PERTUMBUHAN PERSONAL


Banyak kualitas penyesuaian diri yang baik mengandung implikasi-implikasi yang khas bagi pertumbuhan pribadi. Ide ini terkandung dalam kriteria perkembangan diri yang berarti pertumbuhan kepribadian yang terus menerus ke arah tujuan kematangan dan prestasi pribadi. Setiap langkah dalam proses pertumbuhan dari masa bayi sampai masa dewasa harus menjadi kemajuan tertentu ke arah kematangan yang lebih besar dalam pikiran, emosi, sikap, dan tingkah laku. Pelekatan (fiksasi) pada setiap tingkat perkembangan bertentangan dengan penyesuaian diri yang kuat, misalnya menggigit kuku, menghisap jempol, ngompol (kencing di tempat tidur), ledakan amarah, atau membutuhkan sangat banyak kasih sayang dan perhatian. Perkembangan diri disebabkan oleh realisasi kematangan yang terjadi secara tahap demi tahap.

Pertumbuhan kepribadian ditingkatkan oleh banyaknya minat terhadap pekerjaan dan kegemaran. Sulit menyesuaikan diri dengan baik terhadap tuntutan-tuntutan pekerjaan yang tidak menarik dan membosankan, dan segera pekerjaan itu menjadi hal yang tidak menyenangkan atau menjijikkan. Tetapi, kita memiliki cara tertentu untuk mengubah atau mengganti pekerjaan yang merangsang minat kita sehingga kita dapat memperoleh kepuasan terus-menerus dalam pekerjaan. Minat dan perubahan terhadap pekerjaan harus dilengkapi dengan minat terhadap kegemaran-kegemaran lain yang sangat membantu dalam menghasilkan penyesuaian diri yang memuaskan. Banyak orang merasakan nilai dari kegemaran karena dapat mereduksikan tegangan, kebosanan, dan kesedihan. Minat yang sehat menghasilkan penyesuaian diri yang sehat.

Pertumbuhan pribadi tergantung juga pada skala nilai yang kuat dan tujuan yang ditetapkan dengan baik, kriteria yang selalu dapat digunakan seseorang untuk menilai penyesuaian diri. Skala nilai atau filsafat hidup adalah seperangkat ide, kebenaran, keyakinan, dan prinsip yang membimbing seseorang dalam berpikir, bersikap, dan dalam berhubungan dengan diri sendiri dan orang lain dalam memandang kenyataan dan dalam tingkah laku sosial, moral dan agama. Seperangkat nilai inilah yang akan menentukan apakah kenyataan itu bersifat mengancam, bermusuhan, sangat kuat, atau tidak patut menyesuaikan diri dengannya. Penyesuaian diri memerlukan penanganan yang efektif terhadap masalah dan stres yang terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari, dan pemecahan masalah dan stres itu akan ditentukan oleh nilai-nilai yang kita bawa berkenaan dengan situasi itu. Kita sering kali mendengar orang-orang menjadi berantakan dan dengan demikian mendapat gangguan emosi dan tidak bahagia. Orang-orang tersebut tidak yakin mengenai hal yang baik atau buruk, benar atau salah, bernilai atau tidak bernilai. Mereka tidak memiliki pengetahuan, nilai, atau prinsip yang akan menyanggupi mereka untuk mereduksikan kebimbangan atau konflik yang secara emosional sangat mengganggu.


Sumber :
Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.

Selasa, 19 Maret 2013

TULISAN 1

KONSEP SEHAT


Kata sehat berasal dari bahasa Arab yaitu "ash-shihhah" yang memiliki arti sembuh, sehat, selamat dari cela, nyata, benar dan sesuai dengan kenyataan. Sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesia, sehat adalah suatu kondisi dimana seluruh badan serta bagian-bagiannya terbebas dari sakit. 

World Health Organization (WHO) juga merumuskan konsep sehat dalam cakupan yang sangat luas, yaitu "keadaan yang sempurna, baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat". Inti dari definisi menurut WHO ini adalah bahwa sehat bukan sekedar terbebas dari penyakit atau cacat. Orang yang tidak berpenyakit belum dapat dikatakan sehat. Ia dapat dikatakan sehat jika ia dalam keadaan yang sempurna, baik fisik, mental maupun sosial.

Pengertian sehat yang dirumuskan oleh WHO merupakan keadaan ideal dari sisi biologis, psikologis dan sosial, sehingga seseorang dapat melakukan pekerjaannya dengan optimal. Definisi sehat menurut WHO mengandung 3 karakteristik, yaitu :
1. Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia.
2. Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan eksternal.
3. Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif. Jadi, sehat bukan merupakan kondisi, melainkan suatu penyesuaian. Sehat bukan merupakan keadaan melainkan suatu proses. Proses disini merupakan adaptasi individu yang bukan hanya terhadap fisik mereka, melainkan terhadap lingkungan sosialnya juga.

Jadi, batasan sehat menurut WHO meliputi fisik, mental dan sosial.




SEJARAH PERKEMBANGAN KESEHATAN MENTAL


Zaman Prasejarah

Manusia purba sering mengalami gangguan mental atau fisik, seperti infeksi, artritis dan lain-lain.


Zaman peradaban awal

PHYTAGORAS (Orang pertama yang memberi penjelasan alamiah mengenai penyakit mental).
HYPOCRATES (Orang yang berpendapat bahwa penyakit atau gangguan otak adalah penyebab penyakit mental).
PLATO (Orang yang berpendapat bahwa gangguan mental merupakan sebagian dari gangguan moral, gangguan fisik dan sebagiaan lagi dari dewa-dewa).


Zaman Renaissesus

Zaman ini di beberapa negara Eropa, para tokoh keagamaan, kedokteran dan filsafat mulai menyangkal anggapan bahwa pasien sakit mental tenggelam dalam dunia tahayul.

Era Pra Ilmiah
1. Kepercayaan Animisme
Sejak zaman dahulu, gangguan mental telah muncul dalam konsep primitif, yaitu kepercayaan terhadap faham animisme bahwa dunia ini diawasi atau dikuasai oleh roh-roh atau dewa-dewa. Orang Yunani kuno percaya bahwa orang mengalami gangguan mental, karena dewa marah kepadanya dan membawa pergi jiwanya. Untuk menghindari kemarahannya, maka mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dan kurban.

2. Kepercayaan Naturalisme
Suatu aliran yang berpendapat bahwa gangguan mental dan fisik itu akibat dari alam. Hipocrates (460-367) menolak pengaruh roh, dewa, setan atau hantu sebagai penyebab sakit. Ia mengatakan, "Jika anda memotong batok kepala, maka anda akan menemukan otak yang basah, dan mencium bau amis. Tapi anda tidak akan melihat roh, dewa, atau hantu yang melukai badan anda".
Seorang dokter Perancis, Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan filsafat politik dan sosial yang baru untuk memecahkan masalah penyakit mental. Ia terpilih menjadi kepala Rumah Sakit Bicetre di Paris. Di rumah sakit ini, pasiennya dirantai, diikat ke tembok dan ke tempat tidur. Pasien yang telah di rantai selama 20 tahun atau lebih, yang dianggap sangat berbahaya, dibawa jalan-jalan ke sekitar rumah sakit. Akhirnya, diantara mereka banyak yang berhasil. Mereka tidak lagi menunjukkan kecenderungan untuk melukai atau merusak dirinya.

Era Modern
Perubahan yang luar biasa terjadi dalam sikap dan cara pengobatan gangguan mental di Amerika  yaitu saat berkembangnya psikologi abnormal dan psikiatri pada tahun 1783. Saat itu Benyamin Rush (1745-1813) menjadi anggota staf medis di rumah sakit Pensylvania. Di rumah sakit ini ada 24 pasien yang dianggap sebagai lunatics (orang gila atau sakit ingatan). Ketika itu sedikit sekali pengetahuan tentang penyebab dan cara menyembuhkan penyakit tersebut. Akibatnya pasien-pasien dikurung dalam ruang tertutup, dan mereka sekali-kali diguyur dengan air.
Rush melakukan suatu usaha yang sangat berguna untuk memahami orang-orang yang menderita gangguan mental tersebut melalui penulisan artikel-artikel. Secara berkesinambungan, Rush mengadakan pengobatan kepada pasien dengan memberikan dorongan (motivasi) untuk mau bekerja, rekreasi, dan mencari kesenangan.
Tahun 1909, gerakan mental Hygiene secara formal mulai muncul. Perkembangan gerakan mental hygiene ini tidak lepas dari jasa Clifford Whitting Beers (1876-1943). Karena jasanya itu ia dinobatkan sebagai The Founder of the Mental Hygiene Movement. Ia terkenal karena pengalamannya yang luas dalam bidang pencegahan dan pengobatan gangguan mental dengan cara yang sangat manusiawi.
Secara hukum, gerakan mental hygiene ini mendapat pengakuan pada tanggal 3 Juli 1946, yaitu ketika presiden Amerika Serikat menandatangani The National Mental Health Act., yang berisi program jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat. Bebarap tujuan yang terkandung dalam dokumen tersebut yaitu :
Meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat Amerika Serikat, melalui penelitian, investigasi, eksperimen, penayangan kasus-kasus, diagnosis, dan pengobatan. 

Membantu lembaga-lembaga pemerintah dan swasta yang melakukan kegiatan penelitian dan meningkatkan koordinasi antara para peneliti dalam melakukan kegiatan dan mengaplikasikan hasil-hasil penelitiannya. 

Memberikan latihan terhadap para personel tentang kesehatan mental. 

Mengembangkan dan membantu negara dalam menerapkan berbagai metode pencegahan, diagnosis, dan pengobatan terhadap para pengidap gangguan mental.
Pada tahun 1950, organisasi mental hygiene terus bertambah, yaitu dengan berdirinya National Association for Mental Health. Gerakan mental hygiene ini terus berkembang sehingga pada tahun 1975 di Amerika terdapat lebih dari seribu perkumpulan kesehatan mental. Di belahan dunia lainnya, gerakan ini dikembangkan melalui The World Federation forMental Health dan The World Health Organization.




PENDEKATAN KESEHATAN MENTAL


1. Orientasi Klasik 

Pendekatan kesehatan mental orientasi klasik ini menjelaskan bahwa individu dianggap sehat jika ia tidak mempunyai perilaku tertentu seperti ketegangan, rasa lelah, cemas, rendah diri atau perasan tidak berguna, yang semuanya menimbulkan perasaan sakit atau rasa tidak sehat serta mengganggu kegiatan sehari-hari. Aktivitas klasik ini banyak digunakan di lingkungan kedokteran.


2. Orientasi Penyesuaian Diri 

Pendekatan kesehatan mental yang kedua yaitu pendekatan orientasi penyesuaian diri yang menjelaskan bahwa individu dianggap sehat secara psikologis jika ia dapat mengembangkan dirinya sendiri sesuai dengan tuntutan dari orang lain yang ada di lingkungan sekitarnya.


3. Orientasi Pengembangan Potensi

Pendekatan kesehatan mental yang ketiga yaitu orientasi pengembangan potensi yang menjelaskan bahwa individu dapat dikatakan mencapai taraf kesehatan jiwa, jika ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensinya menuju kedewasaan. Karena itu, ia akan bisa dihargai oleh orang lain maupun oleh dirinya sendiri.



Sumber :
Syamsu, Yusuf. 2009. Mental Hygiene. Bandung : Maestro
http://www.uin-alauddin.ac.id/artikel-79-konsep-sehat-dan-sakit.html
http://www.psychologymania.com/2011/09/periodesasi-sejarah-perkembangan-ilmu.html
http://idb4.wikispaces.com/file/view/uf4018.2.pdf