Minggu, 24 Maret 2013

TULISAN 2

PENYESUAIAN DIRI DAN PERTUMBUHAN


Dari segi pandangan Psikologi, penyesuain diri memiliki banyak arti, seperti pemuas kebutuhan, keterampilan dalam menangani frustrasi dan konflik, ketenangan pikiran/jiwa, atau bahkan pembentukan simtom-simtom. Itu berarti belajar bagaimana bergaul dengan baik dengan orang lain dan bagaimana menghadapi tuntutan-tuntutan pekerjaan. Tyson menyebut hal-hal seperti kemampuan untuk beradaptasi, kemampuan berafeksi, kehidupan yang seimbang, kemampuan untuk mengambil keuntungan dari pengalaman, toleransi terhadap frustrasi, humor, sikap yang tidak ekstrem, objektivitas, dan lain-lain. Kita akan menemukan kualitas-kualitas lain ketika kita membicarakan kriteria mengenai penyesuaian diri dan kesehatan mental. Jelas, banyaknya sifat dari proses penyesuaian diri ini menimbulkan kesulitan untuk merumuskan suatu definisi yang singkat. Kita juga menhadapi kesulitan karena penyesuaian diri itu sendiri tidak bisa dikatakan baik atau buruk. Hanya dapat dikatakan bahwa penyesuain diri adalah cara individual atau khusus organisme dalam bereaksi terhadap tuntutan-tuntutan dari dalam atau situasi-situasi dari luar. Untuk beberapa orang mungkin reaksi ini bisa efisien, sehat, atau memuaskan, sementara untuk orang lain reaksi ini melumpuhkan, tidak efektif atau bahkan patologik.

Karena penyesuaian diri itu sendiri tidak bisa dikatakan baik atau buruk, maka kita dapat mendefinisikannya dengan sangat sederhana, yaitu suatu proses yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku yang menyebabkan individu berusaha menanggulangi kebutuhan-kebutuhan, tegangan-tegangan, frustrasi-frustrasi, dan konflik-konflik batin serta menyelaraskan tuntutan-tuntutan batin ini dengan tuntutan-tuntutan yang dikenakan kepadanya oleh dunia dimana ia hidup. Dalam arti ini, kebanyakan respon cocok dengan konsep penyesuain diri.

Penyesuaian diri yang baik memerlukan sikap yang sehat dan realistik yang menyanggupi seseorang untuk menerima kenyataan sebagaimana adanya bukan sebagaimana diharapkan atau diinginkan. Kriteria ini dipakai pada segi-segi kenyataan dalam waktu dan ruang. Ada orang yang hidup dalam dunia mimpi tentang peristiwa masa-masa lampau yang sangat menghargai kenangan-kenangan pada masa kanak-kanak, dan baginya masa sekarang adalah suatu kenyataan yang jelek, dan masa yang akan datang merupakan sesuatu yang menakutkan. Orang lain dengan mekanisme amnesia menghilangkan masa lampau, dan ada juga yang lain tidak menghargai masa depan. Adolph Meyer berpendapat bahwa kapasitas untuk menggunakan masa lampau dan bukan semata-mata menderita karenanya adalah perlu untuk penyesuaian diri, bahwa pemahaman harus dipakai untuk menangani kenyataan sekarang, dan kesempatan yang kreatif dapat direalisasikan dengan tinjauan yang sehat ke masa depan. Sikap yang sehat terhadap masa lampau, masa sekarang, dan masa depan sangat penting untuk penyesuaian diri yang sehat.

Tujuan Mekanisme Penyesuain Diri

a. Menghadapi tuntutan keadaan secara sadar.
b. Menghadapi tuntutan keadaan secara realistik.
c. Menghadapi tuntutan keadaan secara objektif.
d. Menghadapi tuntutan keadaan secara rasional.

Cara yang ditempuh dapat bersifat terbuka maupun tertutup, antara lain :
a. Menghadapi tuntutan secara frontal (terang-terangan).
b. Regresi (menarik diri) atau tidak mau tahu sama sekali.
c. Kompromi (kesepakatan).

Contoh :
Seorang siswa gagal dalam Ujian Nasional, mungkin ia akan bekerja keras (terang-terangan), atau keluar dari pendidikan (regresi), serta mungkin mau mengulang lagi dengan berusaha semampunya (kompromi).




PERTUMBUHAN PERSONAL


Banyak kualitas penyesuaian diri yang baik mengandung implikasi-implikasi yang khas bagi pertumbuhan pribadi. Ide ini terkandung dalam kriteria perkembangan diri yang berarti pertumbuhan kepribadian yang terus menerus ke arah tujuan kematangan dan prestasi pribadi. Setiap langkah dalam proses pertumbuhan dari masa bayi sampai masa dewasa harus menjadi kemajuan tertentu ke arah kematangan yang lebih besar dalam pikiran, emosi, sikap, dan tingkah laku. Pelekatan (fiksasi) pada setiap tingkat perkembangan bertentangan dengan penyesuaian diri yang kuat, misalnya menggigit kuku, menghisap jempol, ngompol (kencing di tempat tidur), ledakan amarah, atau membutuhkan sangat banyak kasih sayang dan perhatian. Perkembangan diri disebabkan oleh realisasi kematangan yang terjadi secara tahap demi tahap.

Pertumbuhan kepribadian ditingkatkan oleh banyaknya minat terhadap pekerjaan dan kegemaran. Sulit menyesuaikan diri dengan baik terhadap tuntutan-tuntutan pekerjaan yang tidak menarik dan membosankan, dan segera pekerjaan itu menjadi hal yang tidak menyenangkan atau menjijikkan. Tetapi, kita memiliki cara tertentu untuk mengubah atau mengganti pekerjaan yang merangsang minat kita sehingga kita dapat memperoleh kepuasan terus-menerus dalam pekerjaan. Minat dan perubahan terhadap pekerjaan harus dilengkapi dengan minat terhadap kegemaran-kegemaran lain yang sangat membantu dalam menghasilkan penyesuaian diri yang memuaskan. Banyak orang merasakan nilai dari kegemaran karena dapat mereduksikan tegangan, kebosanan, dan kesedihan. Minat yang sehat menghasilkan penyesuaian diri yang sehat.

Pertumbuhan pribadi tergantung juga pada skala nilai yang kuat dan tujuan yang ditetapkan dengan baik, kriteria yang selalu dapat digunakan seseorang untuk menilai penyesuaian diri. Skala nilai atau filsafat hidup adalah seperangkat ide, kebenaran, keyakinan, dan prinsip yang membimbing seseorang dalam berpikir, bersikap, dan dalam berhubungan dengan diri sendiri dan orang lain dalam memandang kenyataan dan dalam tingkah laku sosial, moral dan agama. Seperangkat nilai inilah yang akan menentukan apakah kenyataan itu bersifat mengancam, bermusuhan, sangat kuat, atau tidak patut menyesuaikan diri dengannya. Penyesuaian diri memerlukan penanganan yang efektif terhadap masalah dan stres yang terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari, dan pemecahan masalah dan stres itu akan ditentukan oleh nilai-nilai yang kita bawa berkenaan dengan situasi itu. Kita sering kali mendengar orang-orang menjadi berantakan dan dengan demikian mendapat gangguan emosi dan tidak bahagia. Orang-orang tersebut tidak yakin mengenai hal yang baik atau buruk, benar atau salah, bernilai atau tidak bernilai. Mereka tidak memiliki pengetahuan, nilai, atau prinsip yang akan menyanggupi mereka untuk mereduksikan kebimbangan atau konflik yang secara emosional sangat mengganggu.


Sumber :
Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar