KONSEP SEHAT
Kata sehat berasal dari bahasa Arab yaitu "ash-shihhah" yang memiliki arti sembuh, sehat, selamat dari cela, nyata, benar dan sesuai dengan kenyataan. Sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesia, sehat adalah suatu kondisi dimana seluruh badan serta bagian-bagiannya terbebas dari sakit.
World Health Organization (WHO) juga merumuskan konsep sehat dalam cakupan yang sangat luas, yaitu "keadaan yang sempurna, baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat". Inti dari definisi menurut WHO ini adalah bahwa sehat bukan sekedar terbebas dari penyakit atau cacat. Orang yang tidak berpenyakit belum dapat dikatakan sehat. Ia dapat dikatakan sehat jika ia dalam keadaan yang sempurna, baik fisik, mental maupun sosial.
Pengertian sehat yang dirumuskan oleh WHO merupakan keadaan ideal dari sisi biologis, psikologis dan sosial, sehingga seseorang dapat melakukan pekerjaannya dengan optimal. Definisi sehat menurut WHO mengandung 3 karakteristik, yaitu :
1. Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia.
2. Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan eksternal.
3. Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif. Jadi, sehat bukan merupakan kondisi, melainkan suatu penyesuaian. Sehat bukan merupakan keadaan melainkan suatu proses. Proses disini merupakan adaptasi individu yang bukan hanya terhadap fisik mereka, melainkan terhadap lingkungan sosialnya juga.
Jadi, batasan sehat menurut WHO meliputi fisik, mental dan sosial.
Zaman Prasejarah
1. Orientasi Klasik
Pendekatan kesehatan mental orientasi klasik ini menjelaskan bahwa individu dianggap sehat jika ia tidak mempunyai perilaku tertentu seperti ketegangan, rasa lelah, cemas, rendah diri atau perasan tidak berguna, yang semuanya menimbulkan perasaan sakit atau rasa tidak sehat serta mengganggu kegiatan sehari-hari. Aktivitas klasik ini banyak digunakan di lingkungan kedokteran.
2. Orientasi Penyesuaian Diri
Pendekatan kesehatan mental yang kedua yaitu pendekatan orientasi penyesuaian diri yang menjelaskan bahwa individu dianggap sehat secara psikologis jika ia dapat mengembangkan dirinya sendiri sesuai dengan tuntutan dari orang lain yang ada di lingkungan sekitarnya.
3. Orientasi Pengembangan Potensi
Pendekatan kesehatan mental yang ketiga yaitu orientasi pengembangan potensi yang menjelaskan bahwa individu dapat dikatakan mencapai taraf kesehatan jiwa, jika ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensinya menuju kedewasaan. Karena itu, ia akan bisa dihargai oleh orang lain maupun oleh dirinya sendiri.
Sumber :
SEJARAH PERKEMBANGAN KESEHATAN MENTAL
Zaman Prasejarah
Manusia purba sering mengalami gangguan mental atau fisik, seperti infeksi, artritis dan lain-lain.
Zaman peradaban awal
PHYTAGORAS (Orang pertama yang memberi penjelasan alamiah mengenai penyakit mental).
Zaman peradaban awal
PHYTAGORAS (Orang pertama yang memberi penjelasan alamiah mengenai penyakit mental).
HYPOCRATES (Orang yang berpendapat bahwa penyakit atau gangguan otak adalah penyebab penyakit mental).
PLATO (Orang yang berpendapat bahwa gangguan mental merupakan sebagian dari gangguan moral, gangguan fisik dan sebagiaan lagi dari dewa-dewa).
Zaman Renaissesus
Zaman ini di beberapa negara Eropa, para tokoh keagamaan, kedokteran dan filsafat mulai menyangkal anggapan bahwa pasien sakit mental tenggelam dalam dunia tahayul.
Era Pra Ilmiah
1. Kepercayaan Animisme
Sejak zaman dahulu, gangguan mental telah muncul dalam konsep primitif, yaitu kepercayaan terhadap faham animisme bahwa dunia ini diawasi atau dikuasai oleh roh-roh atau dewa-dewa. Orang Yunani kuno percaya bahwa orang mengalami gangguan mental, karena dewa marah kepadanya dan membawa pergi jiwanya. Untuk menghindari kemarahannya, maka mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dan kurban.
2. Kepercayaan Naturalisme
Suatu aliran yang berpendapat bahwa gangguan mental dan fisik itu akibat dari alam. Hipocrates (460-367) menolak pengaruh roh, dewa, setan atau hantu sebagai penyebab sakit. Ia mengatakan, "Jika anda memotong batok kepala, maka anda akan menemukan otak yang basah, dan mencium bau amis. Tapi anda tidak akan melihat roh, dewa, atau hantu yang melukai badan anda".
Seorang dokter Perancis, Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan filsafat politik dan sosial yang baru untuk memecahkan masalah penyakit mental. Ia terpilih menjadi kepala Rumah Sakit Bicetre di Paris. Di rumah sakit ini, pasiennya dirantai, diikat ke tembok dan ke tempat tidur. Pasien yang telah di rantai selama 20 tahun atau lebih, yang dianggap sangat berbahaya, dibawa jalan-jalan ke sekitar rumah sakit. Akhirnya, diantara mereka banyak yang berhasil. Mereka tidak lagi menunjukkan kecenderungan untuk melukai atau merusak dirinya.
Era Modern
Perubahan yang luar biasa terjadi dalam sikap dan cara pengobatan gangguan mental di Amerika yaitu saat berkembangnya psikologi abnormal dan psikiatri pada tahun 1783. Saat itu Benyamin Rush (1745-1813) menjadi anggota staf medis di rumah sakit Pensylvania. Di rumah sakit ini ada 24 pasien yang dianggap sebagai lunatics (orang gila atau sakit ingatan). Ketika itu sedikit sekali pengetahuan tentang penyebab dan cara menyembuhkan penyakit tersebut. Akibatnya pasien-pasien dikurung dalam ruang tertutup, dan mereka sekali-kali diguyur dengan air.
Rush melakukan suatu usaha yang sangat berguna untuk memahami orang-orang yang menderita gangguan mental tersebut melalui penulisan artikel-artikel. Secara berkesinambungan, Rush mengadakan pengobatan kepada pasien dengan memberikan dorongan (motivasi) untuk mau bekerja, rekreasi, dan mencari kesenangan.
Tahun 1909, gerakan mental Hygiene secara formal mulai muncul. Perkembangan gerakan mental hygiene ini tidak lepas dari jasa Clifford Whitting Beers (1876-1943). Karena jasanya itu ia dinobatkan sebagai The Founder of the Mental Hygiene Movement. Ia terkenal karena pengalamannya yang luas dalam bidang pencegahan dan pengobatan gangguan mental dengan cara yang sangat manusiawi.
Secara hukum, gerakan mental hygiene ini mendapat pengakuan pada tanggal 3 Juli 1946, yaitu ketika presiden Amerika Serikat menandatangani The National Mental Health Act., yang berisi program jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat. Bebarap tujuan yang terkandung dalam dokumen tersebut yaitu :
Meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat Amerika Serikat, melalui penelitian, investigasi, eksperimen, penayangan kasus-kasus, diagnosis, dan pengobatan.
Membantu lembaga-lembaga pemerintah dan swasta yang melakukan kegiatan penelitian dan meningkatkan koordinasi antara para peneliti dalam melakukan kegiatan dan mengaplikasikan hasil-hasil penelitiannya.
Memberikan latihan terhadap para personel tentang kesehatan mental.
Mengembangkan dan membantu negara dalam menerapkan berbagai metode pencegahan, diagnosis, dan pengobatan terhadap para pengidap gangguan mental.
Pada tahun 1950, organisasi mental hygiene terus bertambah, yaitu dengan berdirinya National Association for Mental Health. Gerakan mental hygiene ini terus berkembang sehingga pada tahun 1975 di Amerika terdapat lebih dari seribu perkumpulan kesehatan mental. Di belahan dunia lainnya, gerakan ini dikembangkan melalui The World Federation forMental Health dan The World Health Organization.
PENDEKATAN KESEHATAN MENTAL
1. Orientasi Klasik
Pendekatan kesehatan mental orientasi klasik ini menjelaskan bahwa individu dianggap sehat jika ia tidak mempunyai perilaku tertentu seperti ketegangan, rasa lelah, cemas, rendah diri atau perasan tidak berguna, yang semuanya menimbulkan perasaan sakit atau rasa tidak sehat serta mengganggu kegiatan sehari-hari. Aktivitas klasik ini banyak digunakan di lingkungan kedokteran.
2. Orientasi Penyesuaian Diri
Pendekatan kesehatan mental yang kedua yaitu pendekatan orientasi penyesuaian diri yang menjelaskan bahwa individu dianggap sehat secara psikologis jika ia dapat mengembangkan dirinya sendiri sesuai dengan tuntutan dari orang lain yang ada di lingkungan sekitarnya.
3. Orientasi Pengembangan Potensi
Pendekatan kesehatan mental yang ketiga yaitu orientasi pengembangan potensi yang menjelaskan bahwa individu dapat dikatakan mencapai taraf kesehatan jiwa, jika ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensinya menuju kedewasaan. Karena itu, ia akan bisa dihargai oleh orang lain maupun oleh dirinya sendiri.
Syamsu, Yusuf. 2009. Mental Hygiene. Bandung : Maestro
http://www.uin-alauddin.ac.id/artikel-79-konsep-sehat-dan-sakit.html
http://www.psychologymania.com/2011/09/periodesasi-sejarah-perkembangan-ilmu.html
http://idb4.wikispaces.com/file/view/uf4018.2.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar