Kamis, 10 Oktober 2013

Biografi



BIOGRAFI

Nama saya Fitri Jayanthi. Saya lahir pada tanggal 31 Mei 1992, di Rumah Sakit Budhi Jaya, Jakarta. Saya berjenis kelamin perempuan. Saat ini, saya tinggal bersama kedua orang tua saya dan adik saya di Depok. Kami semua beragama Islam. Dan kami berasal dari Sumatera Barat. Saya merupakan anak pertama dari 3 bersaudara. Saya memiliki adik laki-laki yang bernama Faris Indra Jaya, yang saat ini berusia 18 tahun. Selain itu, saya memiliki adik perempuan, yang merupakan anak bungsu dari keluarga kami, yaitu Finny Dwi Jayanthi, yang lahir pada tanggal 5 Juni 1996. Tetapi adik saya, Finny, telah meninggal dunia pada tanggal 18 Agustus 2011, karena sakit.
Saya memulai riwayat pendidikan saya pada tahun 1996 di TK Al-Muhajirin, Depok. Saya menjalani pendidikan di taman kanak-kanak tersebut selama dua tahun. Setelah itu, saya melanjutkan pendidikan saya pada tahun 1998 di SD Anyelir 1 Depok, selama 6 tahun. Tahun 2004, saya melanjutkan pendidikan di SMPN 2 Depok. Saat saya di SMP, saya jarang sekali mengikuti pembelajaran di sekolah, karena saya harus mengikuti latihan dan berbagai perlombaan renang untuk mewakili sekolah. Sehingga saat itu saya merasa pendidikan saya tertinggal jauh dari teman-teman. Tahun 2007, saya memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di SMA Lazuardi GIS Depok, sekaligus tahun dimana saya memutuskan untuk berhijab. Masa SMA, merupakan masa dimana saya merasa bahwa saya mempelajari banyak hal yang belum pernah saya pelajari sebelumnya diluar bidang akademis. Di SMA, saya lebih fokus kepada belajar, karena saya tidak dapat mengikuti perlombaan maupun latihan renang kembali, karena saya harus tinggal di asrama.
Tahun 2010, setelah tamat dari SMA, saya langsung mendaftarkan diri ke Universitas Persada Indonesia Y.A.I, Salemba, Jakarta. Saya mengambil jurusan Psikologi, yang merupakan jurusan yang telah saya cita-citakan sejak SMP. Karena lokasi kampus yang sangat jauh dari rumah saya di Depok, saya memutuskan untuk tinggal di rumah kos yang jaraknya tidak jauh dari kampus. Karena lokasi kampus yang berada di pusat kota, banyak sekali polusi, dan seringkali terjadi tawuran antar mahasiswa, yang membuat saya sulit beradaptasi saat kuliah disana. Saat saya memasuki bulan ke-4 berkuliah di Y.A.I, tiba-tiba saya terserang penyakit Guilland Barre Syndrome (GBS). Suatu penyakit langka yang mengakibatkan saya menjadi lumpuh. 
Saat itu, hari Rabu, merupakan jadwal kuliah terakhir saya. Saya memutuskan untuk pulang ke Depok menggunakan mobil. Sebelum pulang, saya pergi dengan teman-teman saya untuk makan siang. Ketika saya ingin makan, saya tidak bisa memegang sendok. Rasanya tangan saya seperti dililit oleh sarung tangan tebal. Sehingga saat makan, saya dibantu oleh teman saya. Setelah makan selesai, saya langsung pulang ke Depok. Tetapi, saat itu saya masih belum menyadari kalau saya sudah dalam keadaan sakit.
Dalam perjalanan pulang, terdapat lampu merah di perempatan Tugu Pancoran, sehingga mengharuskan saya untuk berhenti dan menaikkan rem tangan mobil. Ketika lampu sudah hijau, saya tidak bisa menurunkan rem tangan mobil kembali. Saya dilanda rasa panik, karena mobil dan motor yang berhenti di belakang mobil saya tidak berhenti-hentinya membunyikan klakson kendaraan mereka. Akhirnya, dengan menggunakan dua tangan dan seluruh tenaga saya, rem tangan mobil tersebut bisa diturunkan. Saat itu, saya benar-benar tidak tahu apa yang harus saya perbuat. Saya memberhentikan mobil di pinggir jalan, lalu berusaha untuk membuat panggilan kepada ibu saya menggunakan handphone. Tapi, lagi-lagi tangan saya tidak bisa melakukan apa yang otak saya perintahkan. Saya memutuskan untuk mengendarai mobil kembali sampai rumah. Akhirnya, saya sampai di rumah dengan selamat. Hati saya senang sekali karena akhirnya saya bisa sampai di rumah kembali. Tapi perasaan itu hanya berlangsung sesaat, karena ketika saya keluar dari mobil, saya langsung terjatuh. Kaki saya tidak bisa menopang tubuh saya. Kaki saya seperti lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Tanpa membuang waktu, saya langsung dibawa ke rumah sakit oleh ibu saya. Setelah melalui beberapa tes di rumah sakit di Depok, saya dirujuk ke Rumah Sakit Abdi Waluyo, Menteng, Jakarta. Di RS Abdi Waluyo, terdapat Dokter Ahli Syaraf Prof. Dr. H. Jusuf Misbach, Sp.S, yang menangani saya. Karena dokter sedang tidak ada di tempat, saya disarankan untuk dirawat inap. Hanya dalam rentang 1 hari, tubuh saya tidak bisa digerakkan sama sekali. Mulai dari kaki, lama-lama sampai ke tangan.
Hari Jumat, saya melakukan tes 'kejut listrik'. Setelah hasil tes keluar, saya diberi tahu bahwa saya terkena penyakit Guilland Barre Syndrome (GBS). Guilland Barre Syndrome (GBS) atau radang polineuropati demyelinasi akut adalah peradangan akut yang menyebabkan kerusakan sel syaraf tanpa penyebab yang jelas (http://id.wikipedia.org/wiki/Sindrom_Guillain%E2%80%93Barr%C3%A9). Saya sangat terkejut sekali mendapatkan kabar tersebut. Apalagi sebelumnya saya tidak pernah mengalami tanda-tanda yang aneh dalam tubuh saya. Cara penanganan penyakit ini adalah dengan melakukan cuci plasma darah. Saya melakukan cuci plasma darah sebanyak 5 kali di RS Dharmais, Jakarta.
Saya dirawat di rumah sakit selama 1 bulan. Selama berada di rumah sakit, saya menggunakan tongkat atau kursi roda. Kegiatan saya selama berada di rumah sakit adalah melakukan terapi agar dapat melakukan kegiatan sehari-hari kembali. Dan yang paling utama adalah agar bisa berjalan kembali. Motivasi saya untuk sembuh sangat kuat. Karena saya ingin tetap melanjutkan kuliah di Y.A.I, tanpa mengulang tahun ajaran. Walaupun usaha saya berbuah hasil, yaitu saya sudah bisa berjalan dengan menggunakan bantuan tongkat dalam waktu 1 bulan, yang merupakan waktu tercepat untuk pasien GBS dapat berjalan kembali, tetapi tujuan saya untuk kembali melanjutkan kuliah harus tertunda. Akhirnya, saya harus beristirahat total di rumah selama kurang lebih 7 bulan, dan mengundurkan diri dari UPI Y.A.I. Atas saran dokter, saya diminta untuk menjalankan kuliah di universitas yang dekat dengan rumah agar orang tua saya bisa menjaga kondisi tubuh saya. Akhirnya, saya memutuskan untuk mendaftarkan diri di jurusan yang sama yaitu Fakultas Psikologi di Universitas Gunadarma, Depok, pada tahun 2011. Walaupun saya sudah bisa berjalan normal kembali dan menjalankan kuliah seperti teman-teman, tetapi tubuh saya tidak diperbolehkan untuk cepat lelah. Jadi, saya tidak bisa mengikuti banyak kegiatan di kampus. Dan saya masih takut jika saya harus bertemu banyak orang, karena ada sedikit trauma jika virus itu kembali lagi ke dalam tubuh saya. Sampai saat ini, saya banyak menghindari pertemuan dengan banyak orang. Dokter juga menyarankan kepada saya agar menghindari pertemuan dengan banyak orang, apalagi ketika saya sedang terserang flu.
     Saat ini, saya sedang menjalani kuliah di Universitas Gunadarma, Fakultas Psikologi, semester 5. Selain itu, sampai saat ini saya masih bekerja sebagai pelatih renang untuk anak-anak. Dan sekarang, saya masih berusaha untuk mengejar cita-cita saya untuk menjadi Psikolog anak dan membuat suatu Event Organizer (EO).
   


1 komentar:

  1. halo fitri, ayah saya juga mengidap gbs dan sudah sembuh setelah diinfus ivig, baru 6 bulan ini kami juga baru mengetahui bahwa adik mengidap myasthenia gravis memerlukan infus ivig atau plasmapheresis, karena keterbatasan dana untuk ivig maka keluarga memutuskan untuk melakukan plasmapheresis.
    ingin meminta bantuan fitri, apakah bisa memberikan informasi biaya cuci plasma yang fitri lakukan?
    terima kasih
    denny

    BalasHapus