Senin, 22 April 2013

TULISAN 2


PENGERTIAN STRES



A. ARTI STRES

Ada beberapa pengertian tentang stres. Beberapa ahli memberikan stres sebagai respon fisiologik (badani), psikologik, dan perilaku seseorang individu dalam menghadapi penyesuaian diri terhadap tekanan yang bersifat internal (dari dalam tubuh) ataupun eksternal (dari lingkungan). Sementara Hans Selye mengartikan bahwa stres adalah tanggapan tubuh yang bersifat non-spesifik terhadap setiap tuntutan terhadapnya. Stres juga dapat diartikan sebagai keadaan di dalam hidup seseorang yang menyebabkan ketegangan atau dysforia (kesedihan).



B. EFEK STRES

Pada 1950-an, seorang dokter asal Amerika bernama Hans Selye mengidentifikasi ada 3 tahap saat manusia merespon stres:

Tahap Peringatan

Stressor akan memicu reaksi biokimia bernama respons "hadapi-atau-lari". Akibatnya, hormon stres dilepas ke aliran darah dan mengakibatkan gejala seperti tekanan darah dan detak jantung meningkat, kadar gula darah dan kolesterol meningkat, napas tersengal dan sesak, otot tubuh mengencang, sistem pencernaan terganggu, kekebalan tubuh menurun, dan emosi meningkat.


Tahap Adaptasi

Saat penyebab stres dihadapi dan diatasi, fungsi kerja tubuh akan kembali normal. Namun, apabila penyebab stres itu dibiarkan berlarut-larut, tubuh akan terbiasa dengan gejala-gejala tersebut. Walaupun seolah-olah tubuh kembali ke tahap normal, sebenarnya tubuh menggunakan cadangan energi secara besar-besaran yang akhirnya akan memepengaruhi efisiensi tubuh, mengakibatkan mudah lelah, mudah tersinggung, dan tidak bersemangat.


Tahap Jenuh

Stres jangka panjang akan mengakibatkan kejenuhan dan mengubah keseimbangan hormon tubuh. Kekebalan tubuh akan menurun, metabolisme melambat, dan kemampuan tubuh untuk memperbaiki sel-sel yang rusak menurun. Kondisi ini akan mengakibatkan proses penuaan yang lebih cepat, peningkatan berat badan yang pesat, dan mudah terserang penyakit.





C. FAKTOR INDIVIDUAL DAN SOSIAL YANG MENJADI PENYEBAB STRES

Faktor Individu

Pola tingkah laku Tipe A adalah sekelompok karakteristik (rasa kompetitif yang berlebihan, kemauan keras, tidak sabar, dan sikap bemusuhan) yang dianggap berhubungan dengan masalah jantung. Penelitian mengenai pola tingkah laku Tipe A pada anak-anak dan remaja menemukan bahwa anak-anak dan remaja dengan pola tingkah laku Tipe A cenderung menderita lebih banyak penyakit, gejala gangguan jantung, ketegangan otot, dan gangguan tidur, dan bahwa anak-anak dan remaja dengan Tipe A biasanya memiliki orang tua yang juga memiliki pola tingkah laku Tipe A. Lazarus percaya bahwa stres pada remaja tergantung pada bagaimana mereka membuat penilaian secara kognitif dan menginterpretasikan suatu kejadian. Penilaian kognitif menurutnya untuk menggambarkan interpretasi individu terhadap kejadian dalam hidup mereka sebagai sesuatu yang berbahaya, mengancam, atau menantang (penilaian primer) dan keyakinan mereka apakah mereka memiliki kemampuan untuk menghadapi suatu kejadian dengan efektif (penilaian sekunder). Strategi pendekatan biasanya lebih baik daripada strategi menghindar.


Faktor Sosial dan Budaya

Akulturasi mengacu pada perubahan kebudayaan yang merupakan akibat dari kontak yang sifatnya terus menerus antara dua kelompok kebudayaan yang berbeda. Stres akulturatif adalah konsekuensi negatif dari akulturasi. Anggota kelompok etnis minoritas sepanjang sejarah telah mengalami sikap bermusuhan, prasangka, dan ketiadaan dukungan yang efektif selama krisis, yang menyebabkan pengucilan, isolasi sosial, dan meningkatnya stres yang berat bagi remaja dan keluarganya. Kondisi kehidupan yang kronis, seperti pemukiman yang tidak memadai, lingkungan yang berbahaya, tanggung jawab yang berat, dan ketidakpastian keadaan ekonomi merupakan stresor yang kuat dalam kehidupan warga yang miskin. Kemisikinan terutama dirasakan berat di kalangan remaja dari etnis minoritas dan keluarganya.





D. TIPE-TIPE STRES

Konflik

Menurut Soerjano Soekanto, konflik merupakan pertentangan untuk berusaha memenuhi tujuan dengan jalan menentang pihak lawan.


Tekanan

Dapat timbul dari internal dan eksternal pada diri kita. Tekanan lebih sering timbul dari kondisi eksternal kita, yaitu lingkungan.


Frustasi

Timbul ketika kita mendapatkan kejadian yang tidak menyenangkan, misal mendapatkan nilai buruk, padahal sudah belajar dengan sungguh-sungguh. Ini akan mengakibatkan seseorang frustasi, bahkan bisa mencapai putus asa. 


Kecemasan

Timbul ketika kita mendapatkan kepanikan yang berlebihan, lalu kita tidak dapat mengontrolnya, sehingga timbul kecemasan dan tidak bisa menghadapi lingkungan sekitarnya.






E. PENDEKATAN PROBLEM SOLVING TERHADAP STRES

Strategi koping yang berhasil mengatasi stres harus memiliki 4 komponen pokok:

  1. Peningkatan kesadaran terhadap masalah: mengetahui dan memahami masalah serta teori yang melatarbelakangi situasi yang tengah berlangsung.
  2. Pengolahan informasi: suatu pendekatan dengan cara mengalihkan persepsi sehingga ancaman yang ada akan diredam. komponen ini meliputi pengumulan informasi dan pengkajian sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah.
  3. Pengubahan perilaku: suatu tindakan yang dipilih secara sadar dan bersifat positif, yang dapat meringankan, meminimalkan, atau menghilangkan stressor.
  4. Resolusi damai: suatu perasaan bahwa situasi telah berhasil di atasi.




Sumber:

Suharjo. 2008. Gaya Hidup dan Penyakit Modern. Yogyakarta: Kanisius.
Sindhu, Pujiastuti. 2009. Seri Bugar Hidup Sehat dan Seimbang dengan Yoga: Daily Practice. Bandung: Qanita.
Santrock, John. 1996. Adolescence, 6th Edition. Jakarta: Erlangga.
Pudjiastiti, Puline. Sosiologi Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Grasindo
National Safety Council. 2003. Manajemen Stres. Jakarta: EGC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar